Cerita ini dimulai saat Thayne Hamilton dan istrinya, Christine, baru saja
pindah ke daerah Orcas Island, Washington. Mereka memang memiliki penghasilan
yang sangat kecil, namun memiliki tiga ekor anjing peliharaan yang sudah tua.
Christine, yang memang sangat menyukai anjing, menemukan anjing-anjing tua yang
tidak memiliki tempat tinggal di daerah tempat tinggal mereka yang baru. Dia pun
berkeinginan mengadopsi anjing-anjing itu walaupun setiap sen uang yang mereka
miliki didedikasikan untuk anjing-anjing tersebut.
{mosImages}
Akhirnya, sang suami memutuskan untuk mendirikan Grey Muzzle, yang dimaksudkan untuk menampung anjing-anjing tua dan mengurus mereka dengan layak. Dan bukan hanya anjing tua saja yang mereka tampung; anjing cacat dan yanag memiliki penyakit bawaan sejak lahir pun mereka urus dengan baik. Salah satu anjing yang menggerakkan hati keduanya untuk melanjutkan usaha non-profit ini adalah Fluffy, seekor anjing yang memiliki penyakit jantung dan seringkali terkena serangan jatung dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sepuluh tahun usaha ini telah berjalan, kedua suami istri ini telah menampung dan merawat 23 ekor anjing. Sebagian besar adalah anjing-anjing yang dibuang oleh pemiliknya karena kecacatan yang mereka miliki. Ada yang memang sudah berumur sangat tua, ada pula yang buta dan tuli. Semua anjing yang mereka tampung adalah anjing-anjing terlantar yang memang tidak diinginkan oleh pemiliknya.
{mosImages}
Thayne mengaku bahwa dia mendapatkan kesenangan selama menjalankan usaha ini bersamanya. “Seumur hidup, yang aku tahu hanya bekerja dan bekerja di lingkungan indursti yang berat. Karena kesibukan bekerja itu, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya menjadi bahagia. Namun sejak aku mendedikasikan diri untuk merawat anjing-anjing ini, aku merasakan kebahagian yang dulu pernah hilang dari diriku,” ujarnya.
Sayangnya, sang istri Christine didiagnosa penyakit yang mematikan. Namun sang istri menolak melakukan terapi penyembuhan yang tidak diketahui apa hasilnya. Dengan uang 500.000 dollar yang mereka miliki untuk menjalani terapi penyembuhan itu, Christine malah meminta sang suami untuk menggunakan uang itu untuk merawat dan mengurus usaha yang mereka telah dirikan. Setelah kematian istrinya, Thayne menggunakan uang tersebut untuk menyelamatkan hidup anjing-anjing lain dan mengurus usaha non-profit yang ia jalankan.
{mosImages}
Anjing-anjing yang mereka rawat saat ini berasal dari berbagai negara bagian. Namun sayangnya, tidak ada orang yang mau mengadopsi anjing-anjing ini karena kecacatan yang mereka miliki. Thayne pun tidak berharap ada orang yang mau mengadopsi mereka, karena pada akhirnya anjing-anjing ini akan kembali dibuang oleh pemilik barunya. “Lebih baik jika mereka tinggal disini hingga akhir hayat mereka, tanpa perlu merasakan sakitnya dibuang oleh manusia,” jelas Thayne.
Thayne juga mendirikan Rainbow Bridge di area tempat penampungan anjingnya. Disini, Thayne membuat peti mati untuk anjing-anjing yang telah mati, dan membuatkan pemakaman seadanya dengan menggunakan material daur ulang.
{mosImages}
Image source:
http://www.lifewithdogs.tv/2015/03/what-started-out-as-a-1000-giveaway-turned-into-so-much-more/
|